Dihadiri Menteri Hanif Dhakiri
Ciptakan Generasi Agamis Berakhlak, Gubri Pimpin Apel Akbar Hari Santri Nasional 2016
Advetorial Pemprov Riau - - Rabu, 26 Oktober 2016 - 12:29:56 WIB
|
Menteri Hanif Dhakiri saat menghadiri Apel Akbar Hari Santri Nasional di Riau
|
TERKAIT:
PEKANBARU, situsriau.com- Melahirkan generasi yang handal dan berintgritas merupakan salah satu tujuan dar program revolusi mental yang sedang 'digadang-gadangkan' pemerintah saat ini. Untuk mencapai itu semua, maka pendidikan agama dan akhlak mulia adalah jawabannya.
Melahirkan generasi handal dan berintegritas dengan disertai pemahaman agama dan akhlak yang baik dan benar bukanlah perkara mudah. Apalagi disaat negeri ini sedang 'diserang' virus negatif kemajuan tekhnologi dunia maya.
Saat ini, begitu mudahnya mengakses konten dan aplikasi yang bisa merusak akhlak generasi muda melalui internet. Tontonan yang tak lazim malah tak jarang dijadikan bahan praktek bagi kalangan yang 'kehilangan arah' dan salah pergaulan.
Menyadari ancaman degradasi moral yang sudah didepan mata, maka peran strategis lembaga pendidikan agama seperti Pondok Pesantren perlu dicermati. Lembaga pendidikan Pondok Pesantren merupakan salah satu pilihan ideal untuk memberikan harapan masa depan yang bermutu dan berkualitas, baik secara jasmani ataupun rohani.
Materi pendidikan agama di Pondok Pesantren yang menciptakan insan yang madani lagi Islami, bahagia di dunia dan akhirat juga dibarengi dengan pendidikan umum. Kenyataan ini juga diakui Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman saat memimpin Apel Akbar Hari Santri Nasional diadakan di Halaman Kantor Gubernur Riau, Pekanbaru pada Kamis (6/10/2016) lalu.
"Santri juga dituntut menjadi agent of change (agen perubahan). Di zaman persaingan global ini, santri harus bisa menyelaraskan ilmu pengetahuan teknologi (IPTEK) dan tetap menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa," kata Gubernur Riau dihadapan sekitar 4.000 ribu santri yang bergabung dalam acara yang dihadiri Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri ini.
Penetapan Hari Santri Nasional oleh pemerintah sejak tahun 2015 lalu, merupakan dukungan dan pengakuan pemerintah terhadap eksistensi Pondok Pesantren yang dinilai bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam Apel Akbar Santri tersebut, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman juga mengatakan para santri dari pondok pesantren di Provinsi Riau harus mampu menunjukkan eksistensi diri dan ikut memberi sumbangsih bagi Bumi Melayu khususnya dan Indonesia pada umumnya.
"Karena sudah terbukti dari sejarah, banyak tokoh nasional lahir dari lingkungan Ponpes. Hal ini menunjukkan eksistensi santri dalam dunia politik dan kepemimpinan di Indonesia. Ini harus jadi motivasi bagi para santri di Riau untuk terus membangun Indonesia lebih maju ke depannya tanpa lupa akan pendidikan agama," kata Gubri.
Sementara itu, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) RI Hanif Dakhiri mengatakan perlunya menananmkan rasa bangga terhadap santri. "Kita harus bangga sebagai santri. Kenapa bangga, Indonesia mungkin tak bisa seperti saat ini kalau tidak ada pondok pesantren. Dimana bersama kiayi dan santrinya yang telah berjuang melawan penjajah. Banyak pahlawan kita sesungguhnya berlatar belakang pondok pesantren," ungkap Menaker ini.
Gubri saat memimpin Apel Akbar Hari Santri Nasional 2016 di Halaman Kantor Gubernur Riau
Hanya saja dari catatan sejarah, terkesan 'menyembunyikan' latar belakang kesantrian banyak tokoh pejuang, dalam membela harga diri bangsa dari penjajah. Sebut saja Pangeran Diponegoro, yang selama ini hanya dikenal sebagai keturunan bangsawan dan terpandang.
Namun sesungguhnya, Pangeran Diponegoro merupakan berasal dari pondok pesantren. Bukti peninggalan perjuangannya pun jelas, yakni berupa Al Quran, tasbih dan kitab kuning. Masih banyak lagi para pejuang Indonesia yang berlatar belakang santri.
Kemudian dicontohkannya pula, bagaimana perjuangan rakyat Aceh dari keserakahan penjajah, semua berkat keteguhan agama Islam yang dianut. Mesjid Baitul Rahman di Banda Aceh adalah saksi bagaimana perjuangan rakyat Aceh dimulai.
"Karena itu saya menegaskan anggapan segelintir pihak yang menyebut pondok pesantren sebagai sarang teroris sangatlah tidak benar. Kalian harus bangga sebagai santri," ujar Menaker yang juga alumni santri di pondok pesantren di Salatiga, Jateng.
Ditempat yang sama, dari pihak Kepala Kantor Wilayah Kementerian Provinsi Riau, H. Mahyudin dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kementerian Agama konsisten dalam melaksanakan fungsi pembinaannya kepada pondok pesantren yang ada di provinsi Riau.
"Beberapa program Kementerian Agama dalam pengembangan pondok pesantren di provinsi Riau telah dilaksanakan diantaranya seperti pembinaan terhadap pondok pesantren baik terhadap guru maupun lembaga pondok pesantren. Pembentukan fkppi Riau merupakan salah satu upaya dalam memajukan pondok pesantren dalam bentuk wadah berkumpulnya para Ustadz Kyai pondok pesantren. Begitu pula melaksanakan kegiatan-kegiatan yang memacu prestasi para santri seperti pospenas dan musabaqah
qiraatil kutub," jelas Mahyudin.
Sejalannya pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung lahirnya generasi berakhlak mulia ini sesungguhnya juga sejalan dengan nilai dan cita-cita Riau menjadi pusat kebudayaan melayu yang sudah didengungkan sejak lama melalui Visi Riau 2020.
Seperti diketahui, sebahagian besar cita-cita yang ingin dicapai oleh masyarakat Riau tertuang dalam Visi Riau 2020. Namun, tinggi dan luhurnya suatu cita-cita masyarakat itu diukur dari sejauh mana cita-cita tersebut mengandung nilai agama, filosofi, moral dan budaya.
Filosofi pembangunan daerah pemerintah Provinsi Riau mengacu kepada nilai-nilai luhur kebudayaan Melayu sebagai kawasan lintas budaya yang telah menjadi jati diri masyarakatnya sebagaimana terungkap dari ucapan Laksamana Hang Tuah, "Tuah Sakti Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Terbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Takkan Melayu Hilang di Bumi".
Pilihan untuk menetapkan rumusan Visi Riau 2020 seperti tersebut di atas, tentunya didasari oleh pertimbangan yang amat matang dengan menggali nilai-nilai filosofis yang berakar dari budaya dan kehidupan masyarakat Riau yaitu budaya Melayu.
Dan kalau kita berbicara tentang Melayu, mau tidak mau pastilah berkaitan dengan Islam. Karena Islam (Syariat Islam) itu menjadi bingkai tempat terkaitnya budaya Melayu. Bahkan dalam konteks budaya, penggunaan kata Melayu dan Islam seringkali saling mengisi dan merujuk satu dengan yang lain.
Dalam mewujudkan Visi Riau 2020 tersebut, Pemerintah Provinsi Riau telah menyatakan komitmen dan melakukan berbagai langkah strategis pembangunan. Hal tersebut semuanya terangkum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau tahun 2014-2019. (advertorial)
Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365 atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap. |
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com ----- |