Jum'at, 29 Maret 2024  
Politik / Hadapi Pilpres 2019, Elektabilitas Jokowi Meroket, Prabowo Menciut
Hadapi Pilpres 2019, Elektabilitas Jokowi Meroket, Prabowo Menciut

Politik - - Senin, 25/07/2016 - 10:10:25 WIB

JAKARTA, situsriau.com - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil surveinya tentang elektabilitas atau tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan terhadap sejumlah tokoh menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) meroket mencapai 32,4 persen per Juni 2016. Sedangkan elektabilitas Prabowo Subianto terjun bebas ke angka 9,4 persen.

"Bila pemilihan presiden diadakan sekarang, Jokowi mendapat dukungan terbanyak (32,4 persen), selanjutnya Prabowo Subianto (9,4 persen). Sedangkan nama-nama lain di bawah 3 persen," ucap Direktur Program SMRC, Sirojudin Abbas dalam paparan survei berjudul 'Kinerja Pemerintah Dua Tahun Pilpres' di Kantor SMRC, Jalan Cisadane, Jakarta Pusat, Minggu (24/7/16).

Survei digelar pada 22-28 Juni 2016 di 34 provinsi dengan teknik wawancara tatap muka terhadap responden sebanyak 1.027 warga yang punya hak pilih. Margin of error rata-rata 3,1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Elektabilitas Jokowi dalam Top of Mind itu menanjak dari semula 25,5 persen (Oktober 2015), turun jadi 21,4 persen (Desember 2015), naik jadi 31,1 persen (Maret 2016), 32,4 persen (Juni 2016). Sementara Prabowo relatif turun yaitu 13,5 persen (Oktober 2015), turun jadi 11,8 persen (Desember 2015), naik 12,6 persen (Maret 2016) dan 9,4 persen (Juni 2016. "Tren dukungan untuk Jokowi mengalami kenaikan dalam setahun terakhir. Sebaliknya Prabowo menurun," ujar Sirojudin dilansir detikcom.

SMRC juga merilis hasil survei bahwa tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Presiden Jokowi. Kepuasan warga sempat stagnan bahkan menurun pada 2015, namun kemudian menanjak hingga bulan ini mencapai 67 persen. Sedangkan yang kurang atau tidak puas sebesar 30 persen.

Ada berbagai masalah yang disurvei untuk menilai kinerja Jokowi, mulai dari masalah ekonomi, kesehatan hingga sosial. Dari berbagai bidang, ada dua hal yang tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi dibanding setahun lalu lebih dari 50 persen.

"Kinerja pemerintah Jokowi yang dinilai paling mengalami kemajuan adalah pembangunan jalan-jalan umum (71 persen), dan membuat pelayanan kesehatan di rumah sakit atau Puskesmas yang terjangkau (61 persen)," ucap Sirojudin.

Sementara bidang lainnya di bawah 50 persen, namun secara umum menilai lebih baik penanganannya. Secara rinci yaitu 48 persen warga menilai Jokowi semakin baik dalam menyediakan obat-obatan terjangkau, 10 persen menilai semakin buruk. Kemudian 46 persen menilai semakin baik dalam membuat sekolah umum lebih baik dan 8 persen menilai semakin buruk.

"Lalu 49 persen warga menyatakan pemerintahan Jokowi untuk membangun jalan umum lebih baik daripada setahun lalu, sementara yang menyatakan semakin buruk 8 persen," ujarnya.

Kinerja dalam menangani terorisme sebanyak 47 persen warga menilai kinerja Jokowi semakin baik, sementara 9 persen responden menilai lebih buruk. Dalam menekan korupsi sebanyak 30 persen menilai semakin baik, dan 24 persen semakin buruk.

Kemudian dalam menangani narkoba, sebanyak 44 persen menilai Jokowi semain baik dan 18 persen menilai kinerja Jokowi semakin buruk. Dalam pemerataan kesejahteraan sebanyak 30 persen menilai semakin baik dan 15 persen semakin buruk.

"47 persen warga menyatakan kinerja Jokowi untuk membangun kesetaraan semakin baik dari tahun lalu, sementara yang menyatakan semakin buruk 6 persen," lanjut Sirojudin.

Sementara ada beberapa masalah yang dianggap kinerja Jokowi kurang memuaskan. Yaitu membuat harga pokok terjangkau, 26 persen menilai lebih baik dan 29 menilai lebih buruk, 44 persen menilai sama saja.

Menyediakan lapangan pekerjaan, sebanyak 21 persen menilai lebih baik namun 34 persen menilai semakin buruk. Mengurangi pengangguran, 17 persen menilai semakin baik tapi 34 persen menilai semakin buruk.

Dalam hal mengurangi jumlah orang miskin, sebanyak 21 persen menilai semakin baik dan 35 persen menilai semakin buruk. "Karena itu walaupun kinerjanya dianggap positif, pemerintahan Jokowi harus memberikan perhatian lebih besar terhadap upaya mengurangi pengangguran, jumlah orang miskin, menyediakan lapangan kerja serta membuat harga kebutuhan pokok yang terjangkau," ucap Sirojudin.

Paparan survei SRMC ini dihadiri Ketua Dewan Pimpinan Partai Golkar Agun Gunanjar, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Maruar Sirait dan pengamat politik Burhanudin Muhtadi. Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Fadli Zon diundang namun tak hadir. (sr5, in)

Kami menerima tulisan mengenai informasi yang bernilai berita
Silahkan SMS ke 08117533365
atau Email: situsriau.redaksi@gmail.com
Lengkapi data diri secara lengkap.
----- Akses kami via mobile m.situsriau.com -----

 
Redaksi | Email | Galeri Foto | Pedoman Media Siber
Copyright 2012-2020 PT. SITUS RIAU INTIMEDIA, All Rights Reserved